Orang boleh kreatif tetapi yang wajar saja. Kreatif yang menguntungkan dua sisi bukan hanya satu sisi saja, yaitu orang yang melakukan kreativitas. Orang memang suka yang unik karena nggak ada yang menarik selain itu. Orang akan mencari-cari yang tabu karena itu bagian terpenting dari keingintahuan.
Dunia maya dibombardir dengan liputan Kafe Jamban. Media arus utama pun tak luput dikibuli untuk memposting foto-foto dan berita unik dan kreatif ini. Serangan media sosial pun begitu gencar mengalahkan Perang Dunia Kedua yang mendamaikan dunia sampai kini, dari satu pandangan. Bertubi-tubi, tak kenal waktu, entah siapa dan mengapa share itu begitu menarik.
Pentingkah informasi unik ini dibagikan? Apakah pernah menelusuri pengguna media sosial lain? Apakah cuma kita saja yang hidup di dunia pongah ini?
Ada miliaran kehidupan di dunia. Jutaan di Indonesia. Pengakses internet di seluruh dunia. Informasi dari satu bahasa begitu mudah diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Manusia itu ada batas pada suatu hal. Saya telah mencapai batas tersebut. Batas yang tidak wajar karena share di Facebook dan Twitter begitu cepat dan bertalu-talu. Saya tidak bisa menghentikan karena wall itu seakan enggan berpindah ke informasi yang lebih informatif dan edukatif. Saya mau berhenti berlangganan fanspage kanal berita takut ketinggalan informasi lain. Saya mau menghapus pertemanan kasihan pada teman yang merasa paling unik dan selalu share informasi entah datang dari mana, entah dibaca tuntas dan entah bermanfaat untuk dirinya dan teman mayanya. Tabiat pengguna media sosial terutama Facebook adalah bagian dari yang lupa membaca tetapi memberi komentar dan share sesuka hati.
Awalnya saya nggak begitu peduli, santai saja karena riwayat jijik tidak begitu kronis. Belakangan muncul rasa muak, lalu mual begitu melihat makanan. Yang ada di dalam pikiran saya ada jamban berisi air warna-warni. Saat berbuka itu yang terbayang. Saat sahur itu yang terlintas. Mau makan saya enggan. Membayangkan makanan saya mual. Ke kamar mandi saya muntah melihat jamban yang tiap waktu saat kebelet kotoran dibuang ke sana.
Ada batas wajar sehingga mau tidak mau jangan pernah melewati batas itu. Islam sendiri sangat menegaskan untuk tidak berlebih-lebihan. Kafe Jamban yang fenomenal telah sangat berlebihan di mata saya karena sharedan reshare media sosial menjadi monster yang lebih menakutkan daripada monster di drama seri Power Rangers maupun Ultraman yang masih tayang tiap hari Minggu.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw. bersabda, “Jauhkanlah dirimu dari berlebih-lebihan dalam agama karena orang-orang sebelum kamu hancur hanya sebab berlebih-lebihan dalam agama!”(HR. Ahmad, Nasa’i, Ibnu Majah, Al-Hakim, Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hibban).
Kafe Jamban telah berada di taraf berlebih-lebihan akan nikmat Allah. Sifat unik karena ingin sesuatu yang lebih banyak – dari segi keuntungan misalnya – justru menjadi cambuk di sisi lain karena umat manusia tidak hanya terdiri dari orang-orang penyuka unik yang aneh saja. Sifat berlebih-lebihan dari kafe ini karena tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Bagaimana Islam melarang sesuatu yang ada mudharatnya. Bagaimana Islam membenarkan sesuatu karena ada faedahnya. Islam menganjurkan untuk meninggalkan yang mudharat karena pahala akan jauh darinya. Islam meminta untuk mengerjakan yang banyak faedahnya karena surga dekat dengannya.
Bagian dari Kafe Jamban memang kecil, kawan. Namun tahukah berapa banyak orang seperti saya? Bagaimana kamu menyikapi hal ini? Belatung dipanggang saya masih belum jijik. Ini jamban, tiap buang hajat saya akan ke sana!
Masih banyak kok ide kreatif yang lebih edukatif. Semua orang itu kreatif cuma menunggu waktu kapan mau menggerakkan tangan untuk melakukan itu. Kamu bisa melakukan yang kreatif dengan menjaga jarak dari berlebih-lebihan. Kamu belum merasa jijik saat ini namun suatu saat akan merasakan hal yang sama, membutuhkan sedikit sentilan, satu sebab walau itu begitu kecil, kamu akan merasakannya.
Pendidikan dasar satu segala ilmu tak pernah mengajarkan untuk berbuat yang aneh sehingga orang lain terhina. Pendidikan mengajarkan untuk berbuat baik, bermanfaat bagi semua orang, meningkatkan derajat di mata dunia dan Tuhan. Quran surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5 adalah wahyu pertama. Bukan tentang ibadah. Bukan tentang taudid. Ini tentang pendidikan; membaca. Sudahkah kita membaca sebelum melakukan sesuatu? Banyak hal yang mesti kita baca, bukan cuma buku-buku tetapi bahasa verbal dan nonverbal yang menyakitkan kehidupan di luar pagar rumah kita, pada episode berikutnya.
sumber : viva.co.id