Pintu Hotel Didobrak Ibarat Film Action Saat Operasi Pekat, Polisi-Polisi Ini jadi Malu Sendiri
On 5:34 PM with 1 comment
Ada cerita unik dan menarik dari Operasi Penyakit Masyarakat (Pekat) Kapuas 2017 pada Kamis (26/5) lalu.
Polisi berpakaian preman mengaku sebagai pelayan kebersihan hotel. Sengaja. Mereka ingin memancing penghuni kamar keluar dari tempat istirahat sewaan tersebut.
Dari puluhan pintu kamar yang diketok, tidak semua penghuninya bersedia membukakan pintu. Alhasil, pasukan dari satuan Resmob, Sabhara, Reskrimum, dan Narkoba, murka.
Kala itu, kamar-kamar di sejumlah hotel Kota Pontianak digeruduk kepolisian.
Satu persatu pintu kamar Hotel 95, Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Bansir Laut, Pontianak Tenggara, digedor aparat keamanan. Personel Kepolisian Daerah (Polda) Kalbar menyisir semua kamar hotel. Dari lantai satu hingga lantai tiga.
Satu persatu pintu kamar Hotel 95, Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Bansir Laut, Pontianak Tenggara, digedor aparat keamanan. Personel Kepolisian Daerah (Polda) Kalbar menyisir semua kamar hotel. Dari lantai satu hingga lantai tiga.
Polisi berpakaian preman mengaku sebagai pelayan kebersihan hotel. Sengaja. Mereka ingin memancing penghuni kamar keluar dari tempat istirahat sewaan tersebut.
Dari puluhan pintu kamar yang diketok, tidak semua penghuninya bersedia membukakan pintu. Alhasil, pasukan dari satuan Resmob, Sabhara, Reskrimum, dan Narkoba, murka.
Sebelumnya, anak asuh Brigadir Jenderal Edwin Triwanto itu sempat meminta resepsionis Hotel 95 memperlihatkan data kamar yang disewa. Namun, mereka mengelak.
Akhirnya, polisi memutuskan mengetuk pintu demi pintu dari lantai bawah sampai ke atas. Wartawan media ini pun ikut sampai ke lantai tiga. Di sana, ada beberapa kamar digedor. Satu di antaranya, di kamar 306, penghuninya bekerja sama. Mau membuka pintu tanpa dipaksa.
Awalnya, penghuni kamar tersebut mengaku sendirian. Eeeh, tak lama kemudian perempuan berbaju kuning keluar dari kamar mandi sambil senyum-senyum. Pria tersebut langsung cengengesan.
“Teman kantor pak,” kata pria berkaos putih bercelana jeans biru itu. Salah seorang polisi kontan terbahak, “Kenapa tadi kamu bilang sendiri?”. Tanya itu dijawab empunya kamar dengan tawa kecil. Dan digelandang lah mereka ke mobil polisi.
Masih
di lantai tiga, reserse yang bertugas curiga dengan kamar nomor 310.
Seorang polisi sempat berjongkok setengah merangkak untuk memastikan,
apakah ada orang dalam kamar tersebut. “AC-nya hidup,” bisiknya kepada
seorang rekannya.
Pintu
kamar tersebut lantas diketok. “Permisi, cleaning service,” kata dia.
Pintu tak juga terbuka. Kesal lah dia, ditendangnya pintu kamar itu.
Berulang kali. Alamak, tak juga dibuka.
Tak kehabisan akal, seorang polisi berpakaian preman datang. “Ada kebakaran, ada kebakaran. Buka pintunya,” teriaknya di depan kamar. Tapi kamar tetap saja tertutup.
Tak mendapat banyak tangkapan di lantai tiga, polisi turun ke lantai dua. Sama seperti sebelumnya, deretan kamar digedor-gedor. Beberapa di antaranya ada yang membuka. Tapi kebanyakan pria. Ada yang sendiri, ada pula berdua. Eits, yang ini tak diangkut, sebab mereka sesama jenis.
Di lantai dua ini, seorang polisi sempat melihat ada aktivitas di kamar nomor 208. Lampu dan AC-nya menyala. Anehnya setelah digedor, tiba-tiba saja kamar gelap. Nah lho, pintu 208 pun digedor berulang kali.
Kamar masih saja sepi, tak ada suara dari dalamnya. Di sini, polisi mulai geram. Pintu ditendang berulang kali. Sampai-sampai gagang pintu lepas, slotnya juga copot. Tapi tak juga dibukakan. Akhirnya, ditinggalkan.
Tak kehabisan akal, seorang polisi berpakaian preman datang. “Ada kebakaran, ada kebakaran. Buka pintunya,” teriaknya di depan kamar. Tapi kamar tetap saja tertutup.
Tak mendapat banyak tangkapan di lantai tiga, polisi turun ke lantai dua. Sama seperti sebelumnya, deretan kamar digedor-gedor. Beberapa di antaranya ada yang membuka. Tapi kebanyakan pria. Ada yang sendiri, ada pula berdua. Eits, yang ini tak diangkut, sebab mereka sesama jenis.
Di lantai dua ini, seorang polisi sempat melihat ada aktivitas di kamar nomor 208. Lampu dan AC-nya menyala. Anehnya setelah digedor, tiba-tiba saja kamar gelap. Nah lho, pintu 208 pun digedor berulang kali.
Kamar masih saja sepi, tak ada suara dari dalamnya. Di sini, polisi mulai geram. Pintu ditendang berulang kali. Sampai-sampai gagang pintu lepas, slotnya juga copot. Tapi tak juga dibukakan. Akhirnya, ditinggalkan.
Lantai
satu jadi tujuan akhir. Di lantai dasar ini, polisi mencurigai kamar
nomor 103. Pintu tertutup. Digedor-gedor, tak ada respons. Seorang
polisi yang sepertinya dituakan lantas meminta izin kepada resepsionis
untuk mendobrak pintu kamar tersebut.
Izin, tentu saja, didapat. Polisi pun berteriak agak keras, memberikan peringatan kepada kamar 103 (yang dianggap) berpenghuni. “Saya mohon dengan hormat, supaya saudara membuka pintu,” tutur seorang polisi berpangkat AKBP.
Tak ada jawaban, geram lah dia. “Satu, atas nama undang-undang, saya perintahkan untuk membuka pintu,” serunya. Masih juga tak ada respons dari dalam kamar. “Kedua, atas nama undang-undang, saya perintahkan untuk segera membuka pintu,” teriaknya.
Dan, masih nihil sahutan dari dalam kamar. “Tiga! Atas nama undang-undang, apabila tidak diindahkan lagi, saya akan melakukan dengan paksa membongkar pintu ini,” sambung Si AKBP. Pintu masih saja tertutup.
Akhirnya, ia memerintahkan anak buahnya untuk mendobrak pintu. Dua polisi berpakaian preman lantas menerjang pintu tersebut. Tidak sampai sepuluh kali diterajang secara bersamaan, pintu kamar tersebut pun jebol.
Seperti di film-film, polisi menyerbu ke dalam kamar yang ternyata tak ada penghuninya. Mereka hanya disambut beberapa helai pakaian, termasuk sepasang sepatu pria dan wanita.
Mungkin saja menahan malu, polisi akhirnya balik kanan. Operasi Pekat Kapuas 2017 untuk malam itu dianggap selesai. Semua, polisi dan wartawan, pulang sambil tertawa. Terbahak-bahak.
Izin, tentu saja, didapat. Polisi pun berteriak agak keras, memberikan peringatan kepada kamar 103 (yang dianggap) berpenghuni. “Saya mohon dengan hormat, supaya saudara membuka pintu,” tutur seorang polisi berpangkat AKBP.
Tak ada jawaban, geram lah dia. “Satu, atas nama undang-undang, saya perintahkan untuk membuka pintu,” serunya. Masih juga tak ada respons dari dalam kamar. “Kedua, atas nama undang-undang, saya perintahkan untuk segera membuka pintu,” teriaknya.
Dan, masih nihil sahutan dari dalam kamar. “Tiga! Atas nama undang-undang, apabila tidak diindahkan lagi, saya akan melakukan dengan paksa membongkar pintu ini,” sambung Si AKBP. Pintu masih saja tertutup.
Akhirnya, ia memerintahkan anak buahnya untuk mendobrak pintu. Dua polisi berpakaian preman lantas menerjang pintu tersebut. Tidak sampai sepuluh kali diterajang secara bersamaan, pintu kamar tersebut pun jebol.
Seperti di film-film, polisi menyerbu ke dalam kamar yang ternyata tak ada penghuninya. Mereka hanya disambut beberapa helai pakaian, termasuk sepasang sepatu pria dan wanita.
Mungkin saja menahan malu, polisi akhirnya balik kanan. Operasi Pekat Kapuas 2017 untuk malam itu dianggap selesai. Semua, polisi dan wartawan, pulang sambil tertawa. Terbahak-bahak.