Aliran sesat terus seperti menjadi teror terselubung bagi masyarakat di Indonesia. Secara senyap tapi pasti, banyak korban berjatuhan dari aliran yang tidak jelas ini.
Salah satunya adalah Nabilah Nur (25), yang sudah empat tahun menderita depresi berat. Dugaan sementara, kondisi tersebut berawal setelah dirinya mengikuti aliran sesat yang menggabungkan empat agama.
Seperti dilansir dari Merdeka, Padahal sebelumnya, Nabilah adalah gadis normal yang memiliki banyak teman. Nabilah sebelumnya sempat kuliah dan bekerja paruh waktu di sebuah hotel ternama.
“Dari hasil kerjanya itu dia punya mobil Ford. Nabilah sebenarnya mau lepas dari aliran sesat tapi tidak bisa sehingga depresi, dia enggak kuat. Bahkan dari hasil kerjanya habis selama dia ikut aliran sesat,” kata Kepala Tim Srikandi, Ipda Nurul Kamila, kepada wartawan.
Keluarga Nabilah sendiri tidak tahu aliran apa yang diikutinya. Keluarga juga tidak tahu sejak kapan Nabilah ikut aliran tersebut. Hanya saja, saat kembali ke keluarga dirinya sudah dalam keadaan depresi dan linglung.
“Orangtuanya tidak tahu anaknya ikut aliran apa. Saat ikut aliran, dia harus kurban kambing tapi harganya Rp 11 juta itu untuk giat 4 agama,” tuturnya.
Dikatakan Nurul, Nabilah berasal dari kalangan keluarga sederhana. Kemudian untuk mencukupi kebutuhannya dia kuliah sambil bekerja sehingga dia punya materi sendiri. Namun di tengah karirnya itu Nabilah ikut dalam aliran sesat hingga akhirnya kini depresi.
“Ketika dia mau lepas dari aliran itu, otaknya dicuci,” tandasnya.
Keluarga sudah berupaya dengan membawa Nabilah berobat ke mana-mana. Namun wanita berkulit putih, berwajah cantik dan berambut panjang itu belum juga kembali normal.
“Saat ini sudah bersama keluarganya. Identitas dari keluarganya tinggal di Cempaka Putih,” katanya.
Sebelumnya diberitakan seorang wanita muda yang diduga depresi ditemukan di kawasan Pancoran Mas, Depok. Wanita berkulit putih dan berambut ini diketahui bernama Nabila. Petugas kesulitan mengungkap identitas wanita ini karena dia tidak bisa diajak berkomunikasi.
Ketika dicoba diajak berbicara, wanita itu menjawab dengan bahasa tidak jelas. Sesekali dia menjawab dengan bahasa Indonesia, terkadang bahasa Inggris dan lebih sering menggunakan bahasa tidak jelas.
Wanita muda itu pertama kali dibawa oleh seorang sopir taksi ke Polsek Pancoran Mas pada Selasa. Kemudian diserahkan ke Tim Srikandi di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Depok.
Oleh Tim Srikandi kemudian dibawa ke Dinas Sosial Kota Depok. Kemudian pada Rabu sore ada pihak keluarga menjemput. “Keluarga tahu dari informasi yang kita sebar di medsos,” tutupnya.