Ilustrasi |
Pemerintah Kutai Timur (Kutim) tengah dipusingkan dengan tingginya tingkat penderita HIV/AIDS di kalangan pekerja seks komersil (PSK).
Semenjak lokalisasi ditutup, mereka mengklaim jumlah penderitanya semakin meningkat.
Itu lantaran banyak PSK ramai-ramai berhijrah ke daerah perkebunan kelapa sawit di pedalaman.
"Memang pemerintah bilangnya lokalisasi sudah ditutup, terus PSK sudah dipulangkan. Tapi faktanya, si mbak-mbaknya itu kan masih ada di daerah perkebunan, tidak pulang juga, kata Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kutim, Harmadji Partodarsono, kemarin (18/12).
"Tapi kalau sekarang ini kan, susah sudah kami lakukan. Memang pemerintah bilangnya lokalisasi sudah ditutup, terus PSK sudah dipulangkan. Tapi faktanya, si mbak-mbaknya itu kan masih ada di daerah perkebunan, tidak pulang juga," ujarnya.
Akibat PSK yang tak termonitor, lanjutnya, jumlah penderita HIV-AIDS di daerah pedalaman meningkat.
Dia menjelaskan, penutupan rumah prostitusi oleh Pemerintah Kutim baru dilakukan di daerah perkotaan.
Sementara di Wahau dan Kongbeng, serta daerah lainnya belum sama sekali disetentuh.(jawapos.com)